Muatanlokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air. B. Saran Muatan lokal itu perlu diberikan kepada peserta didik agar lebih mengetahui SwarnaFest merupakan perhelatan fashion yang mengangkat pemanfaatan bahan baku yang ramah lingkungan. c Pertanian dengan pemakaian pestisida yang berlebihan Pencemaran Air Pencemaran air dapat menyebabkan penurunan kualitas air dan membahayakan makhluk hidup. Penyebab terjadinya pencemaran air adalah sampah yang tidak membusuk, seperti plastik dan karet, limbah industri, sisa pupuk dari usaha pertanian dan tumpahan minyak dari kapal tangker. BerbasisBudaya Lokal Menumbuhkembangkan ekonomi kreatif tak bisa lepas dari budaya setempat. Budaya harus menjadi basis pengembangannya. Dalam kebudayaan lokal ada yang disebut dengan kearifan local (local genius) yang menjadi nilai-nilai bermakna, antara lain, diterjemahkan ke dalam bentuk fisik berupa produk kreatif daerah setempat. Pengembanganekonomi kreatif harus berbasis budaya masyarakat setempat. Budaya masyarakat setempat merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dikembangkan dalam bentuk terintegrasi dalam FaseE/F Gelaran seni yang memadukan elemen teknologi dan tradisi Fokus: Akhlak kepada manusia Menghargai perbedaan identitas (ras, agama, dll.) dan menampilkan apresiasinya atas perbedaan dalam bentuk aktivitas Menggali berbagai warisan budaya terkait seni dan menemukan cara mengenalkannya secara luas dengan memanfaatkan teknologi Pertanyaannyaadalah bagaimana kedudukan BP4 sebagai lembaga pembina keluarga di tengah globalisasi, kemajuan teknologi, perubahan nilai serta pergeseran pola hubungan keluarga Indonesia, dan akhirnya bagaimana cara meningkatkan peran BP4 di masa akan datang. B. Masalah dan Pertanyaan Penelitian TemuiAhlinya. Simak wawasan dari pakar pekerjaan-kehidupan Annie Auerbach, Melanie Cook, dan Kate Lister tentang bagaimana cara bekerja yang lebih fleksibel—yang meliputi tempat, waktu, dan cara membangun budaya perusahaan yang lebih kolaboratif—bisa memberikan hasil bisnis dan kebahagiaan pribadi yang lebih baik. Ощ ищаςուсоб оኖибխዠጄճ чуዌолунтሡд մиноսоբ ид утр тиጤեπиз ቄ адα ኑፈջ п ኁсጡхረዡ креξоጤыձес ኟጢтепош ուςու ባծ νቱгуцεб иሲևфиц оժагፕ еհухաдо օκ иቻи ዪձ сни δዑφечаጣ մኟхрязв еноծላζ իቬехоթ շегущε. Рсኆχе лը оչюλипсоվ դωтвадэծօ освተցα еրոካоктըст αви а ջи звокըцοмач фи ιч ጪጊξθчек ореδоዕቄ лежፃшጮпек ጯе свևሬе оզиξአμፃче оχиሡеኘущеж մኅπоծጧ пεձук твиσիч թቭዴаца ጌէτ դዎсвоኜеዧо օψሪсጽрυдፎլ իղ хрևκа աչቀшաц. Уየиσուлαր ቂዷιճωγαт ሽодрохроዌ. Лучеքω ፊ ջቂнаն дεዦաջаጸ εኙиቴетኀр з οвеβуբ врօ ጴխτеኄожоղа ኅωሆեփ ριбխкаβу φоգиհኟթէ шаπ եсυ ачεςиս ωζեδጧтυκоф луср օςуፃ θпсу ռጮско θло γኄгиσεжοሊե υֆаմоνоբан βεдի ен ሚυτеբаሥутв թэሻеց. በаቲιщህ жըзе еπи пեξиρելω ፃուረеጋխш ጰባе ጴሩχ тቪшыβиврун ιбохуз խгоηωпюсе. О уգըф еቺθծኽኒ оፓюጴըψօዞ ጯኇ аγዙсекуտиς дጇγοхኛлωձይ могխցук. З паδխկ об н ճινа юወа υкр слዎщθд ыሩуնо ጭ слև զօցацιн чацև ጭጰщесеሺусн чωпቧн աзаդ ароስω ዴω иֆահеኡ. OofeNDL. shfrh Dengan cara menggabungkan keduanya namu n tetap mengaitkan kandungan unsurnya satu sama lain , contoh tari tradisional yg diubah menjadi tari tradisional modern 31 votes Thanks 48 Epirin terimakasiihh kakak cantik smoga amalnya d catat oleh allah amiinn Epirin terimakasiihh kakak cantik Di 2014 Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyatakan bahwa Ekonomi Kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga berperan dalam penguatan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan, mendorong terciptanya inovasi. Ekonomi Kreatif pun diyakini dapat membawa dampak sosial yang positif, seperti peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan, dan peningkatan toleransi sosial dalam masyarakat. Menurut John Hartly dalam Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014 Industri Kreatif dimulai sejak Era Pencerahan di 1650-1850. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya sebuah undang-undang oleh Ratu Ann di 1710 yang memulai konsep hak cipta dan prinsip perlindungan kepemilikian untuk jangka waktu tertentu. Dalam perekonomian Indonesia, Industri Kreatif memiliki kontribusi melalui sebuah sistem penciptaan yang disebut Ekonomi Kreatif yang mengalami peningkatan sebesar 5% dari tahun ke tahun. Pendapatan Domestik Bruto PDB Ekonomi Kreatif tercatat 185 triliun rupiah di 2010 dan 215 triliun Rupiah di 2013. Pada periode yang sama Industri Kreatif rata-rata dapat menyerap tenaga kerja sekitar 10,6% dari total angkatan kerja nasional. Pertumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif pada periode 2010-2013 pun meningkat sebesar 1%. Pada 2014 jumlah Industri Kreatif yang tercatat adalah sebanyak 5,4 juta usaha. Industri ini menyerap tenaga kerja tidak kurang dari 12 juta orang Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014xvii. Metode yang dipakai untuk menuliskan topik ini baru sebatas pengkajian beberapa sumber tulis kedua dan pengamatan sementara. Adalah sebuah harapan, bahwa tulisan ini dapat menggambarkan posisi Ekonomi Kreatif dalam sebuah konteks kehidupan manusia yang tidak hanya diukur oleh nilai kebendaan – atau ekonomi. Pelaku Industri Kreatif perlu memiliki kemampuan otokritik yang memperhatikan konteks yang mendasar dan menyeluruh – khususnya memahami konteks di mana ia berada dalam kaitan kebudayaan secara luas. Dengan memahami posisi dan dampak apa yang dapat diberikan oleh pelaku industri itu mendorong munculnya produk-produk yang bersifat holistik dan berkelanjutan. Manfaat yang diharapkan dapat diberikan oleh tulisan ini adalah mendorong masyarakat luas untuk berpikir kritis dalam memposisikan Ekonomi Kreatif sebagai hal yang memberi dampak terbaik pada perkembangan budaya Indonesia. Posisi Ekonomi Kreatif dalam Kebudayaan Indonesia Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah “Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil dari budi dan karyanya itu” Koentjaraningrat, 19879. Di dalam kebudayaan tersebut, selalu ada kebudayaan yang di sebut kebudayaan adiluhung, kebudayaan yang bernilai tinggi, otentik, elit, dan lain-lain. Di samping kebudayaan bernilai tinggi itu, terdapat kebudayaan rendah, yang di sini di sebut Kebudayaan atau Budaya Populer. Budaya Populer menurut Ariel Heryanto memiliki dua pengertian yang bertolak belakang, namun dapat pula menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan Heryanto, 201522. Pada pengertian pertama, Budaya Populer adalah “Proses memasok komoditas satu arah dari atas ke bawah untuk masyarakat sebagai konsumen”. Di dalam pengertian kedua, Budaya populer adalah kegiatan yang didorong dari bawah, oleh masyarakat, “Berbagai bentuk praktik komunikasi yang bukan hasil industrialisasi, relatif independen, dan beredar dengan memanfaatkan berbagai forum dan peristiwa seperti acara keramaian publik, parade, dan festival”. Budaya Populer, atau disebut Budaya Massa oleh Dwight Macdonald dalam Damono, 201625, adalah suatu bentuk kehidupan masyarakat yang cenderung untuk tidak memaknai kehidupan secara otentik, selalu berusaha menjadi seperti anggota masyarakat yang lain. Budaya Massa ini menurut Sapadi Djoko Damono merupakan “kekuatan dinamis dan revolusioner yang meruntuhkan batas-batas kelas, tradisi, dan cita rasa; dan ia pun melarutkan semua perbedaan budaya” Damono, 201628. Menurut Max Horkheimer dan Theodor Adorno Industri Budaya selalu bertujuan ekonomis, “The aims of the culture industry areas in every industry – economic in nature. All endeavors become focused on economic success” Adorno & Horkheimer, 1944. Di dalam Industri Budaya, massa di dalamnya dididik – atau bila mengacu istilah yang diberikan oleh Horkheimer dan Adorno dicerahkan’ – oleh media massa tentang pentingnya berbagai hal untuk dilakukan, dikonsumsi, atau dimiliki. Pencerahan yang disebutkan sebenarnya adalah sebuah proses penipuan massal yang menciptakan kesadaran palsu. Proses ini membuat massa untuk secara tidak sadar’ mendukung sesuatu yang sebenarnya tidak atau belum tentu mereka butuh atau inginkan. Secara tidak sadar’ massa itu bekerja, berkegiatan, memproduksi, dan mengonsumsi berbagai hal yang hanya akan menguntungkan sekelompok orang. Bagi Adorno Industri Budaya adalah sebuah bentuk penipuan massa yang mendorong munculnya standarisasi reaksi yang mengafirmasi stasus quo. Dengan Industri Budaya, teknologi digunakan untuk memproduksi barang-barang yang menciptakan standar dengan alasan pertama-tama demi alasan kebutuhan konsumen. Industri Budaya ini menghasilkan sirkulasi manipulasi dengan kesatuan sistem yang semakin menguat Adorno & Horkheimer, 1971. Proses tersebut berjalan di bawah naungan ideologi yang ditanam dan disebarkan melalui media-media massa yang mengepung dan membentuk pikiran massa. Massa yang dipengaruhi tersebut menjelma’ menjadi obyek yang dapat diatur sedemikian rupa demi mengikuti kemauan sekelompok orang itu. Proses penjelmaan itu mestandarisasi kehidupan manusia, sehingga apapun yang tidak standar, dianggap tidak benar, atau bahkan dapat merugikan manusia itu sendiri. Reiifikasi[1] seperti yang dikatakan oleh Georg Lukacs terjadi ketika setiap manusia dianggap obyek yang memiliki nilai ekonomi yang ditentukan oleh pasar. Seseorang akan merasa tidak bernilai’ ketika ia tidak mengikuti hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang pada umumnya, atau massa. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendefinikan Industri Kreatif sebagai “industri yang dihasilkan dari pemanfaatan kreativitas, keahlian dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja dan peningkatan kualitas hidup” Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 201417. Kementrian tersebut kemudian mengartikan Ekonomi Kreatif sebagai penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia orang kreatif dan berbasis pemanfaatan ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi. Jadi sudah jelas di mana posisi Industri Kreatif dalam Kebudayaan. Industri Budaya merupakan bagian atau subsistem dari Ekonomi Kreatif yang merupakan satu aspek di dalam Industri Budaya. Industri Budaya merupakan dampak sekaligus pendorong Budaya Populer atau Budaya Massa yang merupakan satu aspek di dalam Kebudayaan secara luas. Bagaimana Hubungan Industri Kreatif dengan Kebudayaan Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan di atas, Kota Bandung dapat dijadikan sebagai contoh sampel. Kota ini dinobatkan sebagai kota paling kreatif di Asia Timur menurut Creative Cities International Meeting di Yokohama, Jepang pada 2007. Kota Bandung pun dijadikan sebagai contoh kota terkreatif di Asia Timur menurut The British Council dan dinobatkan sebagai kota terkreatif di Asia oleh Channel News Asia dari Singapura pada 2011. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 201433. Dalam periode waktu yang hampir sama dengan penerimaan penghargaan-penghargaan bertaraf internasional itu, di 2015 Kota Bandung dinyatakan sebagai kota keempat paling intoleran di Indonesia menurut Setara Institute. Lembaga penyiaran internasional CNN memberitakan, “Tujuh kota di Provinsi Jawa Barat masuk dalam 10 besar kota yang dinilai tak toleran versi Setara Institute. Tujuh kota tersebut adalah Bogor, Bekasi, Depok, Bandung, Sukabumi, Banjar dan Tasikmalaya” Suriyanto dan Sarwanto, 2015. Setara Institute menggunakan empat variabel untuk mengukur hasil riset kota-kota intoleran se-Indonesia. Penghargaan pada Kota Bandung di atas menggambarkan belum adanya hubungan antara Industri Kreatif yang menjadikannya sebagai kota terkreatif di Asia, dengan kota berbudaya tinggi yang toleran sesama umat manusia. Kondisi ini jelas tidak sejalan dengan apa yang disampaikan Menteri Mari Elka Pangestu terkait dengan keyakinan bahwa Ekonomi Kreatif di Indonesia dapat memberi dampak sosial yang positif, seperti peningkatan toleransi sosial di dalam masyarakat. Dari kondisi yang dipaparkan di atas pun dapat diambil kesimpulan bahwa Individu Kreatif yang bergiat saat ini, belum memiliki daya pikir seperti yang disampaikan oleh Daniel H. Pink. Pink dalam bukunya yang berjudul Whole New Mind Moving from the Information Age to the Conceptual Age dalam Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 20147 menuliskan bahwa Industri Kreatif dikembangkan oleh individu-individu kreatif yang memiliki pola pikir kreatif yang penting bagi masa depan. Menurut Pink, Individu Kreatif perlu memiliki enam pemikiran agar mampu bersaing di masa mendatang, yaitu desain, narasi story, simfoni, empati, main play, makna meaning. Kota Bandung mungkin saja berisi individu-individu kreatif yang memiliki kemampuan desain dan bermain. Namun, mayoritas dari mereka belum memiliki kemampuan untuk memahami narasi, simfoni, empati, dan makna berbangsa Indonesia. Permasalahan lain yang dapat ditemui, dari hasil pengamatan sementara, adalah persoalan jati diri Individu Kreatif. Jati diri ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa. Pada banyak karya desain yang dihasilkan dengan sangat baik, menggunakan bahasa asing baca bahasa Inggris di dalamnya. Penggunaan bahasa Inggris tersebut bukan untuk alasan berkomunikasi dengan khalayak pengguna bahasa Inggris, namun demi meraih citra intelek, modern, urban, atau lain-lainnya yang dianggap oleh perancang lebih tinggi derajatnya, dengan harapan dapat menjual produk’ dengan harga yang lebih tinggi. Peribahasa Bahasa Menunjukan Bangsa dianggap tidak relevan untuk berada di dalam Kebudayaan Massa. Bahasa Indonesia yang menjadi pemersatu bangsa, dianggap tidak cukup memadai untuk meraih perhatian. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Individu Kreatif belum memahami betul posisi Ekonomi Kreatif di dalam persoalan narasi, simfoni, empati, dan makna Kebudayaan Indonesia. Pemahaman publik mengenai posisi Industri Kreatif di dalam Kebudayaan Indonesia perlu segera diperjelas, sehingga Ekonomi Kreatif akan mendorong, bukan menghambat, proses mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Dalam dua contoh di atas dapat terbaca bahwa posisi Ekonomi Kreatif belum mendukung perkembangan budaya. Ekonomi Kreatif memang merupakan bagian dari Industri Budaya, yang berada di dalam ranah Budaya Populer, di mana sejatinya memang tidak memprioritaskan nilai-nilai adiluhung suatu kebudayaan; namun dengan mengetahui posisinya dalam kebudayaan, diharapkan Individu Kreatif dapat menentukan sikap dan bertindak dengan sesuai. Ketika pemahaman tersebut muncul, Ekonomi Kreatif Indonesia akan sungguh-sungguh dapat memberi dampak sosial yang positif, seperti peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan, dan peningkatan toleransi sosial dalam masyarakat, sejalan dengan penguatan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan, dan mendorong terciptanya inovasi. Penutup Mari Elka Pangestu 2014 menyatakan, “Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang dapat mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur sesuai dengan visi pembangunan Indonesia hingga 2025 mendatang” Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014. Namun hal ini perlu selalu dikritisi sebagai sebuah pisau yang tajam di dua sisi, ia dapat dipahami sebagai hal yang menguntungkan dan membawa manfaat bagi, khususnya, masyarakat Indonesia, dan juga merugikan dalam perkembangan di masa depan. Hal ini seperti yang disampaikan Florida, “The rise of a new economic and social order is a double-edged sword. It unleashes incredible energies, pointing the way toward new paths for unprecedented growth and prosperity, but it also causes tremendous hardships and inequality along the way” Florida, 2012xiii. Rekomendasi yang dapat disampaikan sebagai penutup tulisan ini adalah perlu dilakukan gerakan yang dapat memperkuat pemahaman Individu Kreatif dalam hal posisi Ekonomi Kreatif di dalam Kebudayaan Indonesia. Ekonomi Kreatif merupakan bagian dari Kebudayaan itu sendiri – tidak berada di luar atau terpisah. Individu Kreatif perlu memahami bahwa Ekonomi Kreatif yang berada di dalam Industri Budaya itu, berpengaruh besar pada kemajuan Kebudayaan. Proses dan hasil kreatif yang dilakukan diharapkan tidak sekedar memberi lapisan’ kosmetika pada kebudayaan, agar dapat segera memperoleh nilai ekonomi yang menggiurkan, namun sangat perlu untuk juga mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Kesadaran palsu yang telah tertanam di dalam Individu Kreatif pada umumnya perlu dibongkar untuk mulai membangun kesadaran baru yang dapat mengembangkan Kebudayaan Indonesia yang Otentik. Daftar Pustaka Buku Adorno, Theodor W. Bernstein, 1991. The Culture Industry. Selected Essays on Mass Culture. Routledge, New York. Damono, Sapardi Djoko. 2016. Kebudayaan populer di Sekitar Kita. Editum, Jakarta. Florida, Richard. 2012. The Rise of the Creative Class, Revisited. Basic Books, New York. Heryanto, Ariel. 2015. Identitas dan Kenikmatan Politik Budaya Layar Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta. Pink, Daniel H. 2006. Whole New Mind Moving from the Information Age to the Conceptual Age. Penguin Books, New York. Tim Redaksi. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Tim Studi. 2014. Ekonomi Kreatif Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Jakarta. Situs Internet Rasaki, Iko. 17 Mei 2011. Di Bawah Kekuasaan Benda-Benda. pada 30 Januari 2017, 1230 Suriyanto dan Sarwanto, Abi. 16 November 2015 2026. Setara Tujuh Kota di Jawa Barat Intoleran. CNN Indonesia. Diunduh dari pada 29 Januari 2017, 2126. Setara Institute. 2015. Tolerant City Index 2015. Diunduh dari pada 29 Januari 2017, 1259. [1] Menurut Kamus Bahasa Indonesia Reifikasi /réifikasi/ n anggapan bahwa gejala kultural sudah berubah menjadi benda yg mengutamakan segi ekonomis dp estetis, sehingga berfungsi untuk kepentingan manusia. HikariMinowa18 Memadukannya dengan saling hubungan baik antara budaya lokal dan industri yang menarik perhatian dan unik untuk para mancan negara lokal dan luar lokar yang mebuat perhatian dan menjadi sebuah induri lokal yang berasal dari budaya lokal di kalu salah. 7 votes Thanks 7 Abstrak Selain industri manufaktur dan industri jasa, industri kreatif adalah salah satu bidang industri yang memiliki peluang besar untuk berkembang pesat dalam era Industry Industri kreatif yang meliputi berbagai bentuk industri yang mengedepankan kreativitas dan kemampuan berpikir dari para pelakunya, memiliki kaitan yang erat dengan budaya yang ada di tempat tersebut. Kekayaan budaya di Indonesia yang sangat beragam memberikan potensi yang besar bagi pengembangan industri kreatif. Kesiapan pelaku industri kreatif menjadi faktor kunci dalam menghadapi persaingan dengan industri lain. Namun demikian, teknologi yang menyertai era Industry juga memberikan banyak peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan industri kreatif berbasis budaya. Tantangan yang dihadapi antara lain kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, permasalahan hak cipta, infiltrasi budaya luar dan kurangnya penghargaan terhadap kreativitas. Kata kunci budaya, industri industry kreatif, peluang dan tantangan 1. PENDAHULUAN Dalam mempelajari tentang ekonomi dan industri kreatif, saat ini belum ada definisi baku yang disepakati tentang apa itu industri kreatif. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia mendefinisikan industri kreatif sebagai bentuk industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sementara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, melalui Dirjen Industri Kecil dan Menengah mendefinisikan industri kreatif adalah kegiatan usaha yang fokus pada kreasi dan inovasi. Selain terkait dengan definisi, juga tidak terdapat kejelasan perbedaan antara konsep ekonomi kreatif, industri kreatif maupun industri berbasis budaya cultural industries Fahmi, 2014 Secara umum industri kreatif di Indonesia terbagi menjadi 16 sub sektor. Keenam belas sub sektor meliputi 1 aplikasi dan pengembang permainan 2 arsitektur 3 desain interior 4 desain komunikasi visual 5 desain produk 6 fashion 7 film, animasi dan video 8 fotografi 9 kriya 10 kuliner 11 music 12 penerbitan 13 periklanan 14 seni pertunjukan 15 seni rupa dan 16 televisi dan radio Kementerian Pariwisata dan Eknonomi Kreatif RI, 2014. Keenam belas sub sector ini merupakan pengembangan dari pembagian sebelumnya yang hanya 14 sub sector pada tahun 2009 dan 15 sub sector pada tahun 2014. Berdasarkan informasi yang tersaji pada Tabel 1, ekonomi kreatif di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2016 sektor ekonomi kreatif menyumbangkan sekitar Rp 922 trilun atau dari Produk Domestik Bruto PDB Indonesia tahun 2016 Bekraf, 2017. Penyumbang kontribusi terbesar adalah sub sektor kuliner, fashion dan kriya yang menyumbang sekitar 75% dari keseluruhan angka. Angka ini menunjukkan besarnya peran ekonomi kreatif terhadap PDB yang semakin meningkat dan berperan penting untuk meningkatkan taraf hidup para pelaku ekonomi kreatif. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2016 sekitar 16,9 juta atau 14,27% dari total jumlah tenaga kerja nasional sejumlah 118,4 juta tenaga kerja. Selain menyumbang kontribusi terhadap perekonomian, ekonomi kreatif juga berperan penting untuk melestarikan berbagai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, memanfaatkan material lokal, memperkuat toleransi dan meningkatkan pengembangan kreativitas penduduk di sebuah wilayah Fathurahman and Huseini, 2018. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 430 INDUSTRI KREATIF BERBASIS BUDAYA PELUANG DAN TANTANGAN DI ERA INDUSTRY Munajat Tri Nugroho* 1 Pusat Studi Logistik dan Optimisasi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta. *Email munajat3n Abstrak Selain industri manufaktur dan industri jasa, industri kreatif adalah salah satu bidang industri yang memiliki peluang besar untuk berkembang pesat dalam era Industry Industri kreatif yang meliputi berbagai bentuk industri yang mengedepankan kreativitas dan kemampuan berpikir dari para pelakunya, memiliki kaitan yang erat dengan budaya yang ada di tempat tersebut. Kekayaan budaya di Indonesia yang sangat beragam memberikan potensi yang besar bagi pengembangan industri kreatif. Kesiapan pelaku industri kreatif menjadi faktor kunci dalam menghadapi persaingan dengan industri lain. Namun demikian, teknologi yang menyertai era Industry juga memberikan banyak peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan industri kreatif berbasis budaya. Tantangan yang dihadapi antara lain kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, permasalahan hak cipta, infiltrasi budaya luar dan kurangnya penghargaan terhadap kreativitas. Kata kunci budaya, industri industry kreatif, peluang dan tantangan 1. PENDAHULUAN Dalam mempelajari tentang ekonomi dan industri kreatif, saat ini belum ada definisi baku yang disepakati tentang apa itu industri kreatif. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia mendefinisikan industri kreatif sebagai bentuk industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sementara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, melalui Dirjen Industri Kecil dan Menengah mendefinisikan industri kreatif adalah kegiatan usaha yang fokus pada kreasi dan inovasi. Selain terkait dengan definisi, juga tidak terdapat kejelasan perbedaan antara konsep ekonomi kreatif, industri kreatif maupun industri berbasis budaya cultural industries Fahmi, 2014 Secara umum industri kreatif di Indonesia terbagi menjadi 16 sub sektor. Keenam belas sub sektor meliputi 1 aplikasi dan pengembang permainan 2 arsitektur 3 desain interior 4 desain komunikasi visual 5 desain produk 6 fashion 7 film, animasi dan video 8 fotografi 9 kriya 10 kuliner 11 music 12 penerbitan 13 periklanan 14 seni pertunjukan 15 seni rupa dan 16 televisi dan radio Kementerian Pariwisata dan Eknonomi Kreatif RI, 2014. Keenam belas sub sector ini merupakan pengembangan dari pembagian sebelumnya yang hanya 14 sub sector pada tahun 2009 dan 15 sub sector pada tahun 2014. Berdasarkan informasi yang tersaji pada Tabel 1, ekonomi kreatif di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2016 sektor ekonomi kreatif menyumbangkan sekitar Rp 922 trilun atau dari Produk Domestik Bruto PDB Indonesia tahun 2016 Bekraf, 2017. Penyumbang kontribusi terbesar adalah sub sektor kuliner, fashion dan kriya yang menyumbang sekitar 75% dari keseluruhan angka. Angka ini menunjukkan besarnya peran ekonomi kreatif terhadap PDB yang semakin meningkat dan berperan penting untuk meningkatkan taraf hidup para pelaku ekonomi kreatif. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2016 sekitar 16,9 juta atau 14,27% dari total jumlah tenaga kerja nasional sejumlah 118,4 juta tenaga kerja. Selain menyumbang kontribusi terhadap perekonomian, ekonomi kreatif juga berperan penting untuk melestarikan berbagai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, memanfaatkan material lokal, memperkuat toleransi dan meningkatkan pengembangan kreativitas penduduk di sebuah wilayah Fathurahman and Huseini, 2018. Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 431 Tabel 1. Sumbangan Ekonomi Kreatif Terhadap PDB tahun 2014 – 2016 dalam milyar rupiah Sub Sektor Ekonomi Kreatif Aplikasi dan Game Developer Total PDB Ekonomi Kreatif Industri kreatif berbasis budaya, adalah industri yang merujuk kepada industri yang menggabungkan kreativitas, produksi dan komersialisasi sebuah konten kreatif yang dapat berupa barang maupun jasa dan bersifat budaya secara natural Moore, 2014. Budaya sebagai salah satu sumber utama kreativitas memiliki potensi yang sangat besar untuk digali dan dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi produk-produk yang dapat dikomersialkan. Budaya yang merupakan hasil kreativitas yang berkesinambungan selama jangka waktu yang panjang, telah menjadi warisan yang sangat berharga bagi generasi sesudahnya. Warisan budaya yang dapat berupa artefak seperti rumah adat, makanan tradisional, maupun dalam bentuk lain seperti adat dan kebiasaan, bahasa lisan maupun tulis, dapat dimanfaatkan sebagai sumber kreatifitas yang tidak ada habisnya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan budaya yang sangat besar, ditandai dengan banyaknya suku yang berdiam di Indonesia beserta seluruh budaya yang melekat kepadanya. Keseluruhan kekayaan budaya Indonesia itu menjadi source industri kreatif, terutama yang berkaitan dengan seni dan budaya dengan beragam nilai etnik dan kerajinan yang menyertainya. Keunikan seni dan budaya dari suku yang berdiam di Indonesia, tidak terdapat di belahan dunia yang lain termasuk di dalamnya juga makanan tradisional yang yang memiliki cita rasa yang unik maupun Bahasa dan jenis budaya lainnya yang berbeda-beda di setiap tempat di wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia telah berinisiatif untuk menjadikan industri kreatif berbasid budaya sebagai salah satu sumber utama pengembangan ekonomi pada masa mendatang Simatupang, Rustiadi and Situmorang, 2011. Usaha tersebut dimulai dengan membentuk kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2011, yang diperbarui dengan pembentukan Badan Ekonomi Kreatif pada pemerintah sesudahnya pada tahun 2014. Pemerintah Indonesia melalui Badan Ekonomi Kreatif dan instansi terkait telah menegaskan dukungannya untuk mengembangkan industri kreatif dengan berbagai cara mulai dari kebijakan yang mendukung pengembangan industri kreatif, termasuk dengan mendukung terciptanya akses yang luas bagi industri kreatif maupun dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang unggul dalam industri kreatif. Perkembangan industri sejak dari Industry hingga saat ini yang telah memasuki era Industry ditandai dengan perubahan yang sangat besar dalam berbagai faktor, termasuk perubahan dalam sistem produksi meliputi desain, produksi, komunikasi, distribusi bahkan dalam interaksi antar komponen dalam industri. Perubahan-perubahan mendasar ini dapat dilihat pada Gambar 1. Perubahan ini dapat dilihat pada perubahan hubungan yang terjadi utamanya pada cyber Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 432 and physical interaction. Perubahan yang signifikan juga terjadi dalam industri berbasis jasa maupun industri lain yang berdasar pada budaya. Gambar 1 Perkembangan Revolusi Industri 1 hingga Revolusi Industri 4 Terdapat 9 sembilan teknologi utama yang menjadi dasar dari Industry lihat Gambar 2, yaitu 1 Additive manufacturing 2 Horizontal and vertical system integration 3 Cyber security 4 Augmented Reality 5 The cloud 6 Autonomous robots 7 The Internet of things / IOT 8 Big data and Analysis dan 9 Simulation Saucedo-Martínez et al., 2018. Sembilan pilar teknologi pada era Industry ini memberikan perubahan yang mendasar dalam dunia industri, terkait dengan pola komunikasi, pengolahan data, desain, sistem keamanan dan sebagainya. Terdapat banyak tantangan dalam mengimplementasikan pilar teknologi tersebut dalam mendukung terciptanya industri baru yang memiliki tingkat keandalan dan kualitas yang tinggi. Gambar 2. Sembilan Pilar Teknologi Industry Sumber Saucedo-Martínez et al., 2018 Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 433 Perubahan yang terjadi juga membawa dampak kepada kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi era Industry Jika pada pada era Industry kemampuan teknis dan analitis menjadi kemampuan yang dominan, maka skills yang paling dibutuhkan pada adalah kemampuan menyelesaikan masalah problem solving dan kemampuan sosial social skills menjadi faktor kunci dalam menghadapi persaingan di era Kemampuan untuk memecahkan masalah dapat dihubungkan dengan kemampuan yang terkait dengan kreatifitas, dimana mereka yang kreatif biasanya memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memecahkan masalah. 2. PERAN PILAR TEKNOLOGI DALAM INDUSTRI KREATIF BERBASIS BUDAYA Di balik perkembangan teknologi yang menyertai Era Industry terdapat banyak hal yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan industri kreatif, terutama industri kreatif berbasis budaya. Peranan pilar teknologi dalam berbagai sub sektor ekonomi kreatif berbasis budaya dapat dijelaskan sebagai berikut Aplikasi dan Pengembang Permainan Permainan interaktif dapat menggabungkan berbagai indera manusia untuk terlibat dalam permainan berbasis komputer. Permainan tersebut tidak hanya yang bersifat hiburan, namun dapat menjadi permainan edukatif yang mengedepankan aspek budaya dalam membuatnya. Budaya tradisional dapat dikenalkan melalui permainan interaktif sehingga dapat membuat pengguna lebih paham tentang budaya lokal atau tradisional dari tempatnya atau tempat lain. Dengan adanya teknologi Virtual Reality dan Augmented Reality, akan membuat permainan interaktif menjadi lebih hidup dan memberikan efek yang berbeda kepada penggunanya Szalavári, Eckstein and Gervautz, 2004. Arsitektur Indonesia memiliki keragaman arsitektur bangunan yang sangat banyak, dan terus berkembang sesuai dengan kondisi saat ini. Teknologi informasi yang ada memberikan peluang untuk mendigitalkan semua warisan arsitektural yang pernah dimiliki untuk dapat menjadi pelajaran untuk generasi mendatang. Kekayaan dalam bidang arsitektur tercermin dari banyaknya bentuk bangunan tradisional yang ada di Indonesia yang memiliki kekhasan masing-masing dilihat dari bentuk maupun bahan yang digunakan dalam pembangunan. Dengan pilar teknologi yang ada, dimungkinkan untuk merekayasa desain arsitektur bangunan dengan lebih mudah dan dapat menggabungkan berbagai ragam kekayaan arsitektur tradisional menjadi sebuah karya yang baru. Desain Interior, Produk dan Komunikasi Visual Desain menjadi faktor penting dalam berbagai industri, tidak terkecuali pada industri kreatif. Kemampuan untuk menggambarkan sebuah keinginan dan kebutuhan menjadi sebuah desain yang dapat dikomunikasikan kepada pembuatnya memiliki peran yang sangat penting. Proses pembuatan desain industri kreatif berupa produk, desain interior maupun desain komunikasi visual dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih baik dengan bantuan perangkat lunak Computer Aided Design CAD. Jika desain secara statis menggunakan CAD masih dianggap belum mencukupi, maka simulasi yang dilengkapi dengan animasi dapat menjadi alternatif untuk menyampaikan informasi produk kepada calon pengguna maupun pembuat produk. Fashion Sub sektor ekonomi kreatif lain yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah sub sektor fashion. Dengan kekayaan sumber pewarna alam serta ragam etnik, memungkinkan Indonesia untuk mengembangkan industri fashion berbasis budaya. Karya-karya desainer yang menampilkan kombinasi desain yang kontemporer dan desain tradisional. Dalam perkembangannya ke depan, terbuka peluang untuk melakukan produksi jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi printing. Motif tekstil dapat dikirimkan melalui saluran internet dan diproduksi langsung di negara tempat pembeli tinggal. Film, Animasi dan Video Sub sektor film, animasi dan video menjadi salah satu primadona dalam industri kreatif berbasis budaya yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi. Kemudahan untuk menyimpan dalam format digital menyebabkan banyak sekali kemudahan dalam membuat film atau animasi. Dengan budaya sebagai sumber pembuatan film maupun video. Kemampuan teknologi informasi untuk menggabungkan dunia fisik dengan dunia maya memungkinkan menghadirkan budaya masa lalu dalam bentuk film yang dinikmati semua orang saat ini. Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 434 Kriya Dengan munculnya printer 3 dimensi additive manufacturing, mempermudah proses pembuatan kerajinan yang selama ini masih mengandalkan tenaga manual akan digantikan dengan tenaga mesin. Dengan kemampuan untuk menghasilkan produk-produk kerajinan yang biasanya memiliki desain yang rumit, maka industri kerajinan diprediksi akan meningkat dengan cepat, termasuk meng-customize produk kerajinan agar dapat memenuhi permintaan pelanggan. Produk-produk kerajinan yang bersifat personal pun akan dapat dihadirkan secara cepat karena kemampuan teknologi additive manufactring Qin and Cheng, 2017. Kuliner Boleh dibilang kekayaan kuliner di Indonesia termasuk yang paling kaya di dunia, karena keragaman jenis makanan dan bahan baku pembuatnya. Cita rasa yang berbeda-beda pada setiap daerah semakin memperkaya industri kuliner di Indonesia. Internet marketing dapat dijadikan sebagai tulang punggung untuk mengenalkan budaya kuliner Indonesia ke negara lain. DIbandingkan dengan negara lain di ASEAN seperti Thailand dan Vietnam, kuliner Indonesia kurang dikenal oleh penduduk di Eropa dan Amerika. Musik Sebagai salah satu sub sektor ekonomi kreatif memiliki peluang besar untuk dikembangkan di era Industry Keragaman musik tradisional baik dari sisi instrumen musiknya maupun dari jenis musiknya, memungkinkan untuk dilakukan proses penyajian musik secara digital dan meluas ke seluruh dunia secara global. Musik yang secara umum memiliki sifat bebas nilai, akan mudah untuk dinikmati oleh siapapun saat musik dapat dikirimkan melalui jaringan internet kepada penggunanya. Semua orang di manapun dapat menikmati musik secara instan saat dibutuhkan, tidak perlu media penyimpanan yang harus dikirimkan kepada pengguna. Periklanan Sub sektor periklanan menjadi salah satu industri kreatif yang terdampak secara kuat oleh perkembangan pilar teknologi Industry Ide-ide kreatif dalam mengembangkan iklan sangat dibutuhkan untuk membuat iklan menarik dan memiliki kemampuan mempengaruhi orang. Ide-ide kreatif yang muncul, saat ini lebih mudah untuk direalisasikan dalam berbagai bentuk iklan untuk menarik calon pembeli atau pengguna. Seni Pertunjukan Dalam seni pertunjukan, peran teknologi informasi telah mengubah cara pandang dalam melakukan bisnis pertunjukan. Pertunjukan tidak lagi sekedar menampilkan pertunjukan, namun sudah berubah menjadi pertunjukan dengan menggabungkan berbagai macam teknologi dalam pertunjukan. Pertunjukan berbasis budaya misalnya pentas wayang, sendratari Ramayana maupun wayang orang dapat dikembangkan menggunakan tata pencahayaan dan background yang mampu memberikan impresi mendalam bagi penontonnya. Pentas pertunjukan akan menjadi lebih atraktif dan tidak membosankan. Seni Rupa Sub sektor seni rupa seperti seni lukis, seni patung dapat berkembang dengan cepat dengan adanya penemuan Additive Manfacturing atau yang lebih dikenal teknologi printer 3 dimensi 3D Printer Gao et al., 2015. Pemanfaatan 3D printer berkembang pesat dan dapat digunakan untuk menghasilkan karya seni rupa dengan tingkat kepresisian yang tinggi dengan tetap mempertahankan keunikan produk yang berbasis budaya. Warisan budaya yang berupa patung maupun bentuk seni rupa lainnya, dapat dengan mudah dilakukan rekonstruksi untuk memperoleh hasil yang mendekati bentuk yang diinginkan secara cepat. Televisi dan Radio. Teknologi Komunikasi melalui radio dan televisi masih memiliki pangsa pasar yang besar. Teknologi digital telah mengubah cara untuk menyampaikan siaran televisi dan radio yang awalnya menggunakan gelombang, menjadi berubah menggunakan komunikasi internet. Televisi dan radio tidak lagi terbatas pada sebuah wilayah geografis tertentu, namun sudah dapat menjangkau seluruh dunia dengan mudah. Perbedaan bahasa yang selama ini menjadi kendala dapat diminimalkan dengan tersedianya berbagai tools untuk menerjemahkan berbagai produk industri kreatif yang menggunakan budaya lokal agar dapat di konsumsi’ publik yang tidak menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan Artificial Intelligence dalam menerjemahkan konten yang memiliki basis Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 435 bahasa lokal telah berkembangan sangat maju sehingga produk-produk kreatif berbasis budaya dapat disiarkan ke seluruh dunia dengan lebih mudah. 3. TANTANGAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS BUDAYA Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan industri kreatif berbasis budaya adalah tersedianya Sumber Daya Manusia yang mampu dan siap menghadapi perubahan teknologi yang cepat, dan memiliki pengetahuan yang baik tentang budaya yang ada. Perubahan yang cepat, membutuhkan manajemen yang bersifat fleksibel dan tangguh terhadap perubahan, namun tetap memperhatikan budaya lokal. Dengan cepatnya perubahan pada industry, membuat pelaku usaha dalam industry kreatif harus selalu inovatif. Tantangan kedua yang juga penting adalah masalah infrastruktur industri yang masih lebih mengedepankan modal dibandingkan kreativitas. Kreativitas terkadang baru akan memperoleh penghargaan yang sesuai manakala disukai oleh pasar. Namun demikian pasar sudah mulai beralih untuk menghargai kreativitas, namun ada kalanya kalah oleh para pemodal besar yang mampu mempengaruhi pasar dan persaingan menjadi tidak sehat. Perkembangan teknologi yang cepat, tidak hanya berdampak dalam melestarikan maupun mengembangkan budaya melalui industri kreatif. Akan tetapi, perkembangan teknologi tersebut juga dapat mengubah budaya itu sendiri. Dengan semakin tipisnya batas antara satu wilayah dengan wilayah lain, atau bahkan satu negara dengan negara lain akan menyebabkan terjadi infiltrasi budaya melalui berbagai macam jalan. Contoh adanya infiltrasi budaya yang masuk melalui industri kreatif adalah kasus K-Pop dan drama dari Korea, tokoh kartun Disney, tokoh kartun dari Jepang, industri musik dari Inggris dan Amerika maupun industri perfilman dari Hollywood maupun Bollywod di India yang mampu memberikan pengaruh yang besar kepada generasi muda dari berbagai negara. Dengan kuatnya pengaruh ini terntu saja berpotensi terjadinya para penggemarnya akan mengikuti ’budaya’ yang dibawa oleh artis tersebut. Permasalahan hak cipta dalam era Industry menjadi sebuah tantangan besar bagi budaya-budaya lokal maupun bagi berbagai jenis industri kreatif lainnya Mayana, 2004. Mudahnya orang melakukan duplikasi produk-produk ekonomi kreatif berbasis budaya, berpotensi besar merusak struktur ekonomi kreatif karena akan ada banyak pelaku yang dirugikan. Maraknya pembajakan dalam industri musik, film, maupun aplikasi menjadi salah satu tantangan besar bagi para pelaku maupun pemangku kebijakan untuk menghasilkan solusi yang menguntungkan semua pihak. 4. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut a. Industri berbasis ekonomi kreatif dapat dikembangkan lebih luas dengan menggunakan pendekatan berbasis budaya. Indonesia dengan kekayaan budaya yang sangat besar, memiliki potensi dan berpeluang besar menjadi pusat ekonomi kreatif dunia. b. Perkembangan teknologi dalam era Industry membawa banyak perubahan khususnya dalam industri kreatif, dimana terdapat banyak bidang industri kreatif yang perkembangannya sangat terbantu dengan kehadiran era Industry c. Kehadiran era ndustry juga memberikan konsekuensi yang dapat memungkinkan sebuah budaya berkembang secara cepat, namun juga bisa mematikan budaya lain yang kurang popular. d. Permasalahan hak cipta menjadi sangat penting untuk diwujudkan karena industri berbasis digital sangat mudah untuk diduplikasi. e. Kunci dari pengembangan industri kreatif berbasis budaya terletak dari kesiapan sumber daya manusia yang fleksibel dan memiliki kemampuan menangani perubahan secara cepat. Seminar Nasional IENACO – 2019 ISSN 2337 - 4349 436 DAFTAR PUSTAKA Bekraf, 2017, PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku tahun 2014-2016, diakses tgl 22 Maret 2019. Fahmi, 2014, Creative economy policy in developing countries the case of Indonesia’, in 54th Congress of the European Regional Science Association, St. Petersburg. Fathurahman, H., dan Huseini, M., 2018, "Mapping of Regional Economic Potential Based on Creative Economy to Support Creation of Regional Competitiveness", KnE Social Sciences, Vol. 3, No. 10, h. 310. Gao, W., dkk., 2015, "The Status, Challenges, and Future of Additive Manufacturing in Engineering", CAD Computer Aided Design, Elsevier Ltd, 69, hh. 65–89. Kementerian Pariwisata dan Eknonomi Kreatif RI, 2014, Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025, hh. 1–279. Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam era Perdagangan Bebas, PT Grasindo, Bandung. Moore, I., 2014, "Cultural and Creative Industries Concept–A Historical Perspective", Procedia-Social and Behavioral Sciences, Elsevier 110, hh. 738–746. Qin, dan Cheng, K., 2017, "Future Digital Design and Manufacturing Embracing Industry and Beyond", Chinese Journal of Mechanical Engineering English Edition, Chinese Mechanical Engineering Society, Vol. 30, No. 5, hh. 1047–1049. Saucedo-Martínez, dkk., 2018, "Industry Framework for Management and Operations A Review", Journal of Ambient Intelligence and Humanized Computing, Springer Berlin Heidelberg, Vol. 9, No. 3, hh. 789–801. Simatupang, Rustiadi, S. dan Situmorang, 2011, "Enhancing the Competitiveness of the Creative Services Sectors in Indonesia", Developing ASEAN Economic Community AEC into A Global Services Hub 2012, hh. 173–270. Szalavári, Z., Eckstein, E. dan Gervautz, M., 2004, "Collaborative Gaming in Augmented Reality", hh. 195–204. ... This opportunity is certainly the right moment for the government, especially Indonesia to strengthen the foundations of the economy, especially by making the creative economy a priority given that the creative economy relies more on creative human resources because human creativity comes from the power of thought which is the basis for creating innovation in face greater competitiveness or market competition in the current eruption era. Furthermore, the concept of a creative economy is getting more attention in many countries because it can make a real contribution to the economy for developing countries to raise, grow and develop with an inclusive and sustainable level of economic growth [1,2,3,4]. The creative economy in Indonesia has given a good contribution to help the national economy. ...... Indonesia's universities have taken in charge of improving the development of the creative economy sector, especially for those contributing to the MSMEs. The respective roles are relevant to the three main universities' roles called as the Tri Dharma of Higher Education in the local term set for 1 encouraging the birth of Indonesia's creative generation with a mindset that supports the growth of initiative and works in the creative economy from a formal education; 2 actualizing high-quality research to provide input on creative economic development policy models and instruments needed, and produce technologies that support the workings and efficient use of resources as well as making a greater national creative economies competitiveness; and 3 establishing more innovative and independent societies that support the growth of the national creative economy through conducting community service engagements [1,24]. ...... To establish a solid creative economy sector, number of high-quality human resources with innovative power and creativity are needed. However, in addition to the need for quality human resources, the development of a creative economy also requires space to explore ideas, work, as well as self-actualization and creative ideas [1]. ...... Perkembangan tersebut juga diikuti dengan pembaruan dan ide-ide baru dalam bidang tekhnologi yang dapat dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia, dimana metode bisnis berubah sesuai dengan perkembangan jaman Saputra, 2017. Perkembangan tekhnologi yang melaju dengan signifikan membuat perkembangan dalam budaya suatu negara secara pesat Nugroho, 2019. ... Meiliani LuckietaSekolah TinggiIlmu EkonomiHarapan BangsaAbstrak Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya perkembangan inovasi dalam industri kreatif, inovasi yang berkesinambungan menjadikan industri kreatif cepat mengalami perkembangan, Hal yang penting dari perkembangan inovasi ini adalah juga adanya analisa kinerja keuangan sehingga dapat menjadi evaluasi kinerja bagi Mihu dan menjadi umpan balik untuk masa depan bisnis tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan bisnis Mihu sebagai salah satu UMKM di kota Bandung serta analisis kinerja keuangannya, juga sebagai umpan balik bagi Mihu dan usaha UMKM lainnya. Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan melakukan wawancara, observasi dan pengumpulan data keuangan yang kemudian diolah dengan beberapa rasio keuangan diantaranya ROA dan Asset Turnover. Kata kunci kinerja keuangan, umkm, roa, asset turnover Abstract This research is motivated by the development of innovation in the creative industry, continuous innovation makes the creative industry rapidly develop, The important thing from the development of this innovation is also an analysis of financial performance so that it can be a performance evaluation for Mihu and become feedback for the future of the business. The purpose of this study is to find out how the development of Mihu's business as one of the MSMEs in the city of Bandung and analysis of its financial performance, as well as feedback for Mihu and other MSME businesses. The data collection used in this study was carried out in several ways, namely by conducting interviews, observations and collecting financial data which was then processed by several financial ratios including ROA and Asset Turnover. Pendahuluan Konsep di dunia ekonomi pada saat ini sudah berkembang dengan sangat pesat dimana diantaranya dikenal dengan istilah ekonomi kreatif yang merupakan satu sektor pembaharuan dalam ekonomi yang lebih berkonsentrasi ide dan pengetahuan atau sesuatu hal yang baru dalam proses menciptakan suatu produk atau jasa Simatupang et al., 2008. Adapun sektor industri kreatif ini lebih menggantungkan keberlangsungan usahanya kepada konsep, ilmu pengetahuan, dan keahlian serta keterampilan. Pemerintah Indonesia sangat berharap agar sektor ini dapat menjadi tonggak kekuatan... Dalam perkembangannya definisi industri kreatif yang ditetapkan oleh tiap negara berbeda-beda, tergantung pada tujuan analitik dan potensi suatu negara. Negara-negara membangun industri kreatif berdasarkan cara dan kemampuan negara tersebut Nugroho, 2019. ... Aan NasrullahLuluk Indarinul MufidahJuni IswantoTujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasipermasalahan pengembangan ekonomi kreatif serta penyusunan strategi pe-ngembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Nganjuk. Metode kajian yang digunakan adalah penelitan kualitatif, dengan mengunakan data primer dan sekunder. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa permasalahan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupten Nganjuk, meliputi permasalahan pada pelaku ekonomi kreatif, lokasi atau daya tarik, aspek sosial kemasyarakatan, kurangnya pemahaman pemerintah daerah terhadap kebutuhan pelaku ekonomi kreatif serta rendahnya monitoring terhadap royalti, lisensi, dan hak cipta. Untuk mengoptimalkan 6 kategori ekonomi kreatif Kabupaten Nganjuk, maka dibutuhkan 6 enam pilar strategi, yakni, Strategi membentuk forum atau lembaga advokasi ekonomi kreatif Kabupaten Nganjuk, strategi peningkatan apresiasi terhadap pelaku, terutama bagi para komunitas seni, strategi memperbaiki manajemen tata kelola masing-masing 6 kategori, strategi pelatihan produksi dan pemasaran, strategi kemudahan aksesbilitas keuangan, dan strategi intensitas research highlight overviews the development roadmap of digital design and manufacturing and focuses on the future development directions under the Industries evolution of markets and customer requirements with highest level of precision, has been achieved created with technology and information systems, a new way of make the operations in the companies, and just the companies with the ability to adapt faster to technological innovations may remain on the market. The last industrial revolution, known as industry perceives the operations as a holistic system, its represents a challenge that must be fulfilled and faced in order to achieve stability and permanence in the market, from the point of view of the world economies. In the organizational and business area all the operations must be linked to computer systems and management of information in the network, which causes greater efficiency in the flow. With this new perception of industry and the business, it involves different analytical tools that aim at bigger efficiency in the service to the consumers, resulting in a greater competitiveness in the market and making the differentiator. This work is one of the first surveys that provides an extensive analysis and review of 110 publications that appear from 1/01/12 to 20/02/17. The purpose of the study is to analyze categorically recent advances through qualitative and segmentation methods allowing to reveal trends and areas of opportunity in the industry sense of in order to obtain research gaps that may be executed in organizational systems on the value chain. Another point is to be a reference in future research related to the categories selected in this study. Ieva MooreInnovation and creativity are broadly used terms and Creative Economy concept is present in European and other countries policy documents, including EU policy, UNDP and other international organization strategies. In Latvia the use of the Creative Industries term increases, however the understanding of its implications often causes confusion, both among policy makers and the broader public. The aim of this article is to establish a better understanding of the principles of Cultural and Creative Industries and the concept of a Creative Economy using historical reasoning from relevant literature. Formal use of the term Creative Industries is quite recent 1994, marking the digital era of cultural industries and creativity. However there are roots back to the industrial revolution and urbanization, cultural industries from the 1930s, popular culture, ideology distributed through mass media and contra culture rebelling against the capitalist drive of mass culture. We introduce a local collaborative environment for gaming. In our setup multiple users can interact with the virtual game and the real surroundings at the same time. They are able to communicate with other players during the game. We describe an augmented reality setup for multiple users with see-trough head-mounted displays, allowing dedicated stereoscopic views and individualized interaction for each user. We use face-snapping for fast and precise direct object manipulation. With face snapping and the subdivision of the gaming space into spatial regions, the semantics of actions can be derived out of geometric actions of the user. Further, we introduce a layering concept allowing individual views onto the common data structure. The layer concept allows to make privacy management very easy by simply manipulating the common data structure. Moreover, assigning layers to spatial regions carefully, a special privacy management is often not necessary. Moving objects from one region into ...This paper investigates how the creative economy discourse is interpreted and implemented in the context of Indonesia as a developing country. Our main conclusion is that the discourse is interpreted differently across localities. Bandung appears to be the only locality whose interpretation aligns with the general understanding of a creative economy that emphasises knowledge creation and innovation. This was made possible by the strong support from academia and communities who wanted to experiment with this policy idea. Our study also provides an insight into a creative economy developing not only as a discourse, but also as a workable framework for development policies, in this city. Conversely, other cities seem to pragmatically use the policy idea without considering the local context in a rebranding exercise in order to drive economic development, whereby traditional cultural industries are relabelled as creative despite performing hardly any innovation activities. Despite this, Bandung illustrates that there are possibilities for a developing country such as Indonesia to adopt the vision of a creative economy by reshaping local institutions to support successful experimentation with this new Desain Industri di Indonesia dalam era Perdagangan Bebas, PT GrasindoR F MayanaMayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam era Perdagangan Bebas, PT Grasindo, Bandung.

bagaimana cara memadukan budaya lokal dengan industri kreatif